Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mimpi Seorang Mukmin

Mimpi Seorang Mukmin


Dalam pengajian Bahjat An Nufusnya Syekh Yusri hafidzahullah wa ro’ah menjelaskan tentang keterangan dari Abu Jamrah bahwa mimpi itu ada tiga macam. Yang pertama adalah mimpi dari Allah Ta’ala yaitu adalah sesuatu yang hak. Diantara mimpi yang hak yaitu mimpi bertemu baginda Nabi Muhammad SAW. Barang siapa yang melihat Nabi dalam mimpinya, maka benar yang ia lihat adalah Rasulullah SAW, karena syaitan tidaklah mampu untuk menyerupai baginda Nabi SAW. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits


“وَمَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِى صُورَتِى”

yang artinya “dan barang siapa yang melihatku dalam mimpinya, maka sesungguhnya ia telah melihatku, karena sesungguhnya syaitan itu tidak mampu menyerupai ku“(HR. Bukhari).


Syekh Yusri mengatakan, ketika seorang bermimpi melihat baginda Nabi SAW, akan tetapi dengan wujud yang menyerupai syekhnya, maka ini menunjukkan akan keridhaan baginda Nabi bahwa yang dalam mimpinya itu menjadi syekhnya. Adapun orang yang melihat baginda Nabi pada keadaan yang tidak sempurna, maka ini menunjukkan keadaan orang tersebut yang telah jauh dari sunnahnya, dan hendaknya cepatlah bertaubat dan memperbaiki amal ibadahnya. Baginda Nabi SAW adalah seorang dokter bagi ummatnya, sehingga terkadang datang kepada sebagian orang yang jauh dari sunnahnya, untuk mengobatinya. Maka kedatangan seorang Nabi akan ditafsirkan sesuai dengan keadaan yang melihatnya.


Mimpi baik yang datang pada seorang mukmin adalah merupakan satu dari empat puluh enam dari bagian kenabian (wahyu). Baginda Nabi telah bersabda


“الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ ”

yang artinya “mimpi yang baik dari seorang laki-laki yang shalih adalah merupakan satu dari empat puluh enam bagian dari kenabian (wahyu)”(HR. Bukhari).


Sebagaimana mimpi seorang Nabi adalah sesuatu yang hak, sebagaimana Nabi Ibrahim AS mimpi untuk menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail AS. Baginda Nabi diutus menjadi seorang Nabi ketika berusia empat puluh tahun, dan wafat dalam usia 63 tahun. Sehingga masa baginda menjadi Rasul adalah 23 tahun.Jika dikalikan 12 bulan, maka hasilnya adalah 276 bulan, kemudian dibagi 6 maka hasilnya adalah 46. Adapun mengapa kita bagi enam, hal itu karena ketika enam bulan yang pertama baginda diutus, baginda Nabi selalu bermimpi yang kemudian menjadi kenyataan, dan mimpi seorang Nabi adalah wahyu.


Sebagaimana telah diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA


“أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْىِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِى النَّوْمِ فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ”

yang artinya “ia telah berkata : wahyu yang menjadi permulaan baginda Nabi Muhammad SAW adalah mimpi yang benar (menjadi kenyataan), maka tidaklah Nabi bermimpi kecuali menjadi kenyataan sejelas cahaya fajar“(HR. Bukhari).


Dimana semua ini adalah sebagai permulaan baginda Nabi akan diberi wahyu yang lain. Selama enam bulan pertama, Nabi selalu melihat mimpi yang kemudian mimipi itu menjadi kenyataan pada siang harinya.


Adapun mimpi yang kedua adalah dari syaitan, yaitu Nabi SAW mengatakan bahwa kita tidak perlu khawatir karena tidak akan memberikan kamadharatan dan tidak usah menceritakan kepada siapapun, akan tetapi bacalah ta’awwudz dan meniup ke sebelah kiri tiga kali. Adapun yang ketiga adalah yang dinamakan dengan الهواجس yaitu mimpi sesuatu karena ketika sebelum tidur ia membayangkanya atau menginginkannya, seperti orang yang haus kemudian tertidur, dan dalam tidurnya ia mimpi minum. Wallahu A’lam


Penukilan: Ahbab Maulana Syeikh Yusri Rusydi Al Hasany

Posting Komentar untuk "Mimpi Seorang Mukmin"