Fase-Fase Kehidupan Mahkluk Bernama Manusia
Manusia di dunia ini melewati setiap kisah kehidupannya melalui beberapa fase yang berkelanjutan. Setiap pergantian fase memiliki kondisinya tersendiri. Kita tidak bisa berdiri sendiri sebab kehidupan yang dititipkan Tuhan kepada manusia adalah kehidupan yang indah. Kehidupan indah itu tercipta oleh kebersamaan, yaitu kebersamaan dengan Sang Pencipta, kebersamaan dengan sesama manusia, dan kebersamaan dengan ciptaan Tuhan yang lain.
Manusia hidup dan menikmati prosesnya. Ada manusia yang bersyukur, tetapi tidak sedikit yang mendemonstrasikan keluhan, keadilan, dan kebahagiaan. Pada dasarnya, manusia itu memang sangat unik, terlahir sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran. Namun, sayangnya, keberadaan akal pikiran itu akhirnya perlahan mengubah manusia menjadi “sang mahatahu”. Terkadang kita terlalu cepat menyimpulkan sesuatu dan memercayai sebuah keadaan tanpa menyaksikannya sendiri. Kita menebak sesuatu yang belum pernah ditemui dan memprediksikan keberhasilan, kegagalan, keadaan, karier, usaha, bahkan jodoh yang sama sekali adalah persoalan Tuhan, hanya Tuhan yang tahu semua itu.
Fase-Fase Kehidupan Manusia
Fase Kanak-Kanak
Sebagai manusia melewati beberapa fase dalam kehidupan ini. Fase awal, kita dilahirkan sebagai seseorang yang kuat. Kuat dalam menangis. Mungkin sebagian dari kita belum memahami mengapa seorang bayi ketika keluar pertama kali melihat dunia, pada umumnya, menangis sekeras- kerasnya?
Banyak alasan yang menterbelakangi mengapa bayi menagis saat dilahirkan kedunia ini. Alasan apa pun itu, pastinya manusia memang memulai kehidupan yang penuh warna setelah melihat dunia. Seorang bayi yang baru lahir akan memasuki dunia kanak-kanak yang merupakan fase pertama dalam kehidupan manusia. Dunia kanak-kanak yang begitu manis. Manisnya dunia kanak-kanak seseorang karena semuanya adalah murni. Kemurnian itu memperlihatkan kepolosan, kejujuran, dan kesungguhan, serta murninya hati mereka.
Ketika lahir, anak-anak ibarat kertas putih. Masa kanak-kanak adalah fase untuk melukiskan pertama kalinya warna warna yang dimiliki oleh seorang anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa masa kanak-kanak menjadi titik awal dalam perkembangan potensi anak.
Masa kanak-kanak memang begitu adanya. Senang bermain. Berikan ruang untuk bermain. Senang bertanya. Tumbuhkan rasa ingin tahunya dengan menjawab segala rasa penasarannya. Tentunya, anak-anak senang dipuji. Berikanlah penghargaan terhadap pencapaian-pencapaian kecil yang bersifat positif yang telah dilakukannya. Anak anak senang dengan hal itu.
Fase Remaja
Fase remaja pada umumnya terjadi pada siswa usia sekolah menengah pertama (SMP). Fase ini remaja mulai mengembangkan pola pemikirannya dari hal-hal yang nyata sampai dengan hal-hal yang abstrak. Suatu hal dipahami berdasarkan kenyataan, kemudian dikonstruksikan dalam pemikiran anak. Anak-anak pada masa remaja sudah mulai memperlihatkan penolakan penolakan terhadap hal-hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan pribadi mereka.
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri seorang anak. Pada masa ini anak-anak mulai mencari kebenaran dengan bukti-bukti yang lebih logis dan nyata. Pada umumnya, anak remaja tidak lagi menerima setiap stimulus yang ada sebagai satu hal yang benar. Mereka mengolah informasi itu dan menyimpulkan sendiri berdasarkan skema-skema yang telah dimilikinya. Anak remaja melakukan berbagai hal tanpa mempertimbangkan dengan saksama baik-buruk tindakan mereka. Tentu saja tujuannya hanya untuk menjadi pusat perhatian. Demi sebuah pengakuan, anak remaja ingin menunjukkan sesuatu yang berbeda dan terlihat hebat. Tidak jarang anak remaja keluar dari batasan yang seharusnya dilakukan pada usia mereka.
Anak remaja mengasumsikan bahwa keunggulan untuk mendapat pengakuan adalah ketika mereka berbuat sesuatu yang terlihat kuat, hebat, dan keren. Padahal, sejatinya keunggulan yang dimaksud adalah prestasi. Prestasi bukan berarti sesuatu hal yang berkontribusi besar dalam lingkungan. Menjadi anak remaja yang taat dan patuh pada aturan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat juga merupakan sebuah prestasi. Menjadi seorang anak remaja berprestasi dimulai dari hal-hal yang sederhana. Langkah sederhana itulah yang kelak akan mengantarkan anak remaja meraih perubahan-perubahan besar yang bersifat positif bagi diri dan lingkungannya.
Masa remaja adalah fase yang terjadi setelah berbagai pengalaman pada masa kanak-kanak dilalui. Masa remaja adalah fase yang sangat labil bagi seorang anak. Fase ini terkadang menyulitkan anak untuk membedakan antara kebenaran dalam pemikiran mereka sendiri dan kebenaran yang sesungguhnya.
Fase Dewasa
Fase dewasa adalah fase saat seseorang telah mampu berpikir kritis-analisis. Emosi sudah mulai berkurang karena kemampuan mengontrol dan memahami setiap permasalahan yang dihadapi. Selain itu, fase ini memantapkan diri seseorang, baik fisik maupun mental. Pada kenyataannya, tak jarang ditemukan seseorang yang dianggap telah memiliki cukup umur dalam berpikir untuk menyelesaikan permasalahan, tetapi tindakannya masih gegabah. Bisa dikatakan, seseorang tersebut layaknya orang dewasa, tetapi belum mampu menunjukkan sepenuhnya pola pikir dewasanya. Begitu pun sebaliknya, ada seseorang yang masih terlihat begitu muda, tetapi telah mampu menunjukkan cara pandang yang dewasa.
Lingkungan sekitar seseorang sangat memengaruhi kondisi pertumbuhan dan perkembangan orang tersebut. Orang dewasa tidak lagi memperdebatkan keyakinan yang dianggap benar, tetapi harus lebih mengedepankan solusi. Untuk itu, orang dewasa harus lebih jeli dan peka terhadap penyelesaian masalah. Kemampuan orang dewasa dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi menunjukkan kebijakan sikapnya. Salah satu ciri khas orang dewasa adalah mampu bersikap arif dalam hidupnya.
“Kedewasaan bukan karena usia, kedewasaan karena seseorang mampu menghadapi segala bentuk permasalahan kehidupan dengan bijak dan lapang dada”
Ikuti halaman kami Penukilan di Facebook
Namun, bukan berarti fase dewasa adalah fase yang penuh dengan kesempurnaan dan jauh dari segala kesalahan. Orang dewasa adalah makhluk ciptaan Tuhan juga yang berarti bahwa orang dewasa pun tidak akan pernah luput dari kesalahan. Mampu berpikir jernih, mengenyampingkan emosi, mengurangi perdebatan, dan selalu terbuka pada lingkungan adalah cerminan orang dewasa yang sesungguhnya.
Utari, Unga. (2008). Z Generation yang Berjiwa Sosial. Jakarta: Kemendikbud.
Posting Komentar untuk "Fase-Fase Kehidupan Mahkluk Bernama Manusia"