Mengingat Perbuatan dan Perlakuan Allah
Prinsip Kedua: Mengingat Perbuatan dan Perlakuan Allah
Bila kita melihat Allah dari sisi rasa takut (khauf), ketahuilah bahwa iblis telah menyembah-Nya selama delapan puluh ribu tahun, tapi kemudian Allah melaknatnya hingga hari kiamat kelak, dan azab yang sangat pedih menantinya. Sampai sampai diriwayatkan, bahwa Nabi saw. melihat Malaikat Jibril as. bersandar di kain penutup Ka'bah sambil menyeru pada Allah, "Wahai Rabb dan majikanku, jangan Engkau ubah nama dan wujudku."
Lihat pula nasib yang dialami oleh Nabi Adam as., manusia pilihan serta nabi-Nya yang Dia ciptakan dengan tangan-Nya. Allah telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya, serta memanggulnya di atas pundak mereka menuju ke sisi-Nya. Tapi kemudian, ketika ia memakan satu makanan yang tidak diizinkan-Nya, Adam diseru oleh Allah dengan ucapan yang sangat keras,
"Ketahuilah, tidak boleh dekat dengan-Ku orang yang mendurhakai-Ku."
Kemudian Dia memerintahkan kepada para malaikat yang memanggul singgasananya tadi, untuk mencampak-kan Adam dari langit yang satu ke langit yang lain, hingga akhirnya jatuh ke bumi. Allah tidak menerima tobatnya, hingga Adam menangisi hal itu selama seratus tahun. Adam pun ditimpa kehinaan dan bencana. Sementara anak-cucunya menanggung konsekwensi dari perbuatan-nya itu, selama lamanya.
Di zaman Nabi Musa itu hidup seseorang yang benama Bal'am bin Baura'. Karena kealiman dan ketaatannya, Allah telah memberi keistimewaan pada Bal'am ini, yaitu apabila ia melihat ke langit, maka ia dapat melihat 'Arasy Allah.
Bal'am ini adalah orang yang dimaksud dalam firman Allah Ta'ala,
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu." (al-A'raaf: 175)
Hal itu tidak lain karena ia memilih cenderung kepada keduniaan dan memburunya. Meski itu terjadi satu kali saja, kehormatan sebagai seorang wali Allah langsung lenyap, dan Allah mencabut makrifatnya dan menjadikan-nya seperti anjing yang dihalau.
Firman Allah,
"Maka perumpamaannya seperti anjing jika engkau menghalaunya, diulurkannya lidahnya." (al-A'raaf: 179)
Maka Allah Ta'ala menjatuhkannya ke dalam lautan kesesatan dan kebinasaan, hingga selama-lamanya. Sampai sampai aku mendengar dari sebagian ulama yang menyebutkan, "Pada awalnya Bal'am memiliki 12.000 tempat tinta yang disediakan bagi orang-orang yang belajar kepadanya. Tapi akhirnya, setelah Allah menghukumnya karena melakukan kesalahan fatal, ia menulis kitab yang menyebutkan bahwa tidak ada yang sesuatupun yang menciptakan alam semesta."
Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari hal yang demikian. Dan semoga Allah melindungi kita dari kemurkaan dan azab-Nya yang sangat pedih, juga dari penghinaan-Nya yang sangat buruk, yang kita tidak akan sanggup untuk menanggungnya.
Perhatikanlah kebusukan dunia dan dampak buruknya, khususnya kepada para ulama. Berhati-hatilah! Sebab, urusan dunia itu sangat berbahaya, sementara usia kita sangat pendek. Amal perbuatan kita juga tak banyak, baik secara kualitas maupun kuantitas. Di sisi lain, Allah sangat ketat mengawasi kita. Tapi, jika Dia berkenan menutupi amal-amal kita dengan kebaikan dan mencabut kekeliruan-kekeliruan kita, maka hal itu tidaklah sulit bagi-Nya.
Maka, perhatikanlah dengan serius apa yang telah dilakukan oleh Allah swt. itu, dan takutlah kepada Allah.
Kemudian kita lihat apa yang terjadi pada Muhammad saw., pemimpin para Rasul, makhluk yang paling mulia bagi Nya.
Allah berfirman kepadanya,
"Maka tetaplah engkau pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga kepada) orang yang telah bertaubat beserta engkau. Dan jangan lah engkau melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang engkau kerjakan." (Hud: 112)
Sampai-sampai Rasulullah saw. bersabda,
"Aku menjadi ubanan karena surah Hud ini dan yang sepertinya."
Allah Ta'ala juga berfirman,
"Dan mohonlah ampunan untuk dosamu." (al-Mu'min: 55)
Dalam sebuah firman-Nya Allah menyebutkan ampunan dan keselamatan sebagai hadiah atau balasan dari-Nya,
"Dan (bukankah) Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?" (Alam Nasyrah: 2-3)
Dia juga berfirman,
"Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang." (al-Fath: 2)
Setelah itu, Nabi saw. senantiasa melakukan shalat malam, hingga kedua kakinya bengkak. Sampai-sampai sahabat dekatnya bertanya, "Apakah engkau perlu melakukan ini, wahai Rasulullah? Sedangkan dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni."
Tapi beliau menjawab, "Tidakkah sebaiknya aku menjadi hamba yang bersyukur?"
Dan Nabi saw. pernah pula bersabda,
"Sekiranya aku dan Nabi Isa as. dibalas atas dasar usaha kami, maka tentulah kami akan disiksa dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada seorang pun dari kalangan manusia."
Dalam setiap shalat malamnya, beliau selalu menangis seraya berucap,
"Ya Allah, aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksa Mu, dan dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, juga dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian terhadap-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu."
Para sahabat Rasulullah saw. adalah kelompok terbaik dalam umat ini. Suatu hari, saat mereka sedang berdialog, turunlah ayat berikut,
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah." (al Hadiid: 16)
Umat Muhammad saw. adalah umat yang paling dikasihi oleh Allah. Tapi, ancaman hukuman dan siksaan tetap saja berlaku untuk umat ini. Sampai-sampai Yunus bin 'Ubaid mengatakan,
"Bila tangan seseorang dipotong sebagai hukuman di dunia karena mencuri sebesar lima dirham, janganlah merasa aman akan selamat dari hukuman Allah di akhirat nanti."
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar Dia memberi rahmat-Nya yang luas dan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Adapun bila kita melihat Allah dari sisi harapan (raja'), maka engkau bisa ceritakan (kepada hatimu) tentang rahmat Allah Ta'ala yang luas dan tidak terbatas. Mustahil bagi seseorang untuk mencapai batas akhir rahmat-Nya. Rahmat Nya sangat luas, dan dengan itu dia memaafkan dosa yang telah diperbuat selama tujuhpuluh tahun dalam sekejap saja, karena iman kepada Allah.
Allah Ta'ala berfirman,
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang telah lalu." (al-Anfaal: 38)
Tidakkah engkau lihat keadaan tukang sihir Fir'aun yang datang untuk memerangi Nabi Musa as. dan bersumpah dengan kemuliaan Fir'aun? Tapi, setelah mereka melihat tanda-tanda kenabian pada diri Musa, dan mereka tahu bahwa itu benar, mereka pun berkata, "Kami beriman dengan Rabb semesta alam." Tobat mereka diterima oleh Allah dalam sekejap. Allah memaafkan seluruh dosa yang pernah mereka lakukan, dan surga Allah yang abadi menanti mereka. Bahkan mereka mendapat kehormatan besar karena digolongkan oleh Allah sebagai syahid.
Mereka sangat disukai dan dipuji oleh Allah karena berani menyatakan keimanan secara terbuka, dan akibatnya Allah menghapuskan seluruh dosa mereka di masa lalu, lalu. memasukkan mereka ke dalam surga-Nya.
Selidikilah banyak cerita serupa, yang telah diungkapkan di dalam kitab-Nya yang mulia, dengan pujian tinggi kepada para pelakunya. Berapa banyak dosa besar dan dosa kecil yang diampuni hanya lantaran perbuatan dalam satu jam, bahkan dalam sesaat. Mereka tidak mengatakan selain, "Kami beriman kepada Rabb semesta alam, dengan hati yang tulus." Dengan kalimat itu Allah menerima mereka dan menghapus kan semua dosa mereka yang telah mereka lakukan sebelumnya. Mereka lalu dijajarkan dengan para pemimpin syuhada di surga selama-lamanya.
Itulah keadaan orang yang mengenal-Nya dan hanya bergantung kepada-Nya dalam satu masa pendek saja, setelah sebelumnya bergelimang dalam perbuatan sihir, kekufuran, kesesatan dan kerusakan. Lalu, bagaimana dengan orang yang menghabiskan seluruh usianya dalam bertauhid kepada-Nya dan tidak melirik selain-Nya? Sungguh pantas bagi mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Catatan: Tentulah bukan sampai disini isi dari Kitab Minhajul Abidin. Adapun dalam hal penukilan tulisan ini, sudah adanya peringkasan lebih singkat oleh kami. Adapun lengkapnya dapat membeli bukunya secara utuh di Gramedia atau tempat penyediaan buku islam lainnya.
Nukilan sebelumnya: Tiga Prinsip Penting Untuk Menundukkan Nafsu
Nukilan selanjutnya: Mengingat Janji dan Ancaman-Nya Pada Hari Pembalasan
Imam Al-Ghazali. (2013). Minhajul Abidin: Jalan Para Ahli Ibadah. Diterjemahkan oleh: Abu Hammas as-Sasuky. Jakarta: Khatulistiwa Press
Posting Komentar untuk "Mengingat Perbuatan dan Perlakuan Allah"