Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengingat Janji dan Ancaman-Nya Pada Hari Pembalasan

Prinsip Ketiga: Mengingat Janji dan Ancaman-Nya Pada Hari Pembalasan

Yang dimaksud dengan janji disini adalah, janji pahala dan balasan yang baik. Janji ini diberikan kepada orang-orang yang berjalan di atas kebenaran.

Allah juga berjanji untuk menghukum para pendosa dan orang-orang yang tidak taat. Dalam konteks ini akan kami terangkan secara singkat lima hal yang akan dihadapi seorang hamba di alam akhirat, yaitu:
  1. Kematian
  2. Alam Kubur
  3. Hari Kiamat
  4. Surga, dan
  5. Neraka

Pertama: Kematian

Kisah Pertama

Menyangkut kematian, kami akan tuturkan dua kisah. Salah satunya dituturkan oleh Ibnu Syibrimah sebagai berikut.

"Aku bersama asy-Sya'bi menjenguk orang yang sedang sakit kritis. Di sisi si sakit ada seorang yang menuntunnya untuk membaca kalimat laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah (tidak ada tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya). Kemudian asy-Sya'bi berkata kepada orang yang menemani si sakit, "Temani terus ia.

Tapi orang yang sakit menukas, 'Engkau menuntunkan kalimat itu kepadaku atau tidak, aku tidak akan berhenti membacanya. Kemudian ia membaca, (yang artinya)
"Dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa. Dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu serta patut memilikinya." (al-Fath: 26)
Asy-Sya'bi kemudian berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan sahabat kami.""

Kisah Kedua

Kisah yang kedua tentang seorang murid Fudhail bin "Iyadh yang sedang mengalami sakaratul maut. Lalu Fudhail menjenguknya dan duduk di sisi kepalanya dengan membacakan surah Yasin.

Tapi si murid berkata, "Wahai Ustadz, jangan membaca itu."

Fudhail pun diam, lalu mentalginkan kepadanya kalimat laa ilaaha illallaah.

Namun muridnya itu berkata, "Aku tidak akan mengucapkannya, sebab aku berlepas diri darinya."

Akhirnya si murid mati dalam keadaan su'ul khatimah, meskipun ia murid Fudhail, seorang ulama besar yang dikenal sangat zuhud.

Sepulangnya ke rumah, Fudhail menangisi kejadian selama empatpuluh hari, dan selama waktu itu ia tidak keluar dari kamarnya.

Kemudian dalam tidurnya Fudhail bermimpi melihat muridnya itu sedang diseret ke Neraka Jahanam. la lalu bertanya, "Apa sebabnya Allah mencabut makrifat dari hatimu, padahal engkau sebelumnya muridku yang paling pandai?"

la menjawab, "Itu karena tiga hal. Pertama, karena aku suka mengadu domba (namimah). Aku mengatakan kepada sahabat-sahabatku tidak seperti yang kukatakan kepadamu. Kedua, karena aku dengki (hasad) pada sahabat-sahabatku. Ketiga, aku pernah sakit, dan saat itu aku pergi ke seorang tabib untuk mengobati penyakitku itu. Dan ia menyuruhku minum satu mangkuk khamar secara rutin. Kalau tidak, maka penyakitku itu tak akan sembuh. Lalu aku pun meminum sesuai anjurannya."

Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari kemurkaan-Nya yang tidak sanggup kita tahan.

Kedua: Alam Kubur

Kisah Pertama

Adapun tentang alam kubur dan keadaan setelah mati, maka ingatlah dua kisah penting. Salah satunya dituturkan oleh seorang saleh, yang bermimpi bertemu dengan Sufyan ats-Tsauri, setelah ulama besar itu meninggal dunia.

Dalam mimpinya, orang shaleh itu bertanya kepada Sufyan, "Bagaimana keadaanmu, wahai Abu Abdullah?"

Tapi Sufyan berpaling darinya, lalu berkata, "Ini bukan masanya lagi memanggil dengan nama panggilan seperti itu (maksudnya panggilan 'Abu' -Ed.)."

Aku pun meralat pertanyaanku, "Bagaimana keadaanmu wahai Sufyan?"

Sufyan ats-Tsauri menjawab dalam bait syair berikut ini. 
"Aku melihat kepada Rabbku dengan mataku,maka Dia berfirman kepadaku: Bersenang-senanglah dengan keridhaan-Ku terhadapmu wahai Abu Sa'id. Engkau bangun ketika malam telah gelap, dengan air mata kerinduan dan hati yang pasrah. Maka, pilihlah istana mana yang engkau mau, dan kunjungi Aku karena aku tidak jauh darimu."

Kisah Kedua

Seorang shaleh lainnya menuturkan, "Aku memiliki seorang anak yang mati syahid, namun aku tidak pernah memimpikannya. Hingga pada suatu malam ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. meninggal dunia, maka pada malam itu aku mimpi anakku.

Aku bertanya kepadanya, 'Wahai anakku, bukankah engkau sudah mati?"
Sang anak menjawab, "Tidak, ayahku! Aku telah syahid. Aku hidup di sisi Allah, dan Dia memberiku rezeki."
Aku bertanya kembali, 'Kenapa kini engkau datang?"

la menjawab, 'Telah diumumkan kepada seluruh penduduk surga, agar seluruh orang jujur dan para syahid ikut menyalatkan jenazah Umar bin Abdul Aziz.'

Maka aku pun bergegas datang untuk ikut menyalati jenazah Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu. Lalu aku datang kepada kalian untuk mengucapkan salam."

Ketiga: Kiamat

Adapun tentang hari kiamat, maka renungkanlah firman Allah Ta'ala berikut ini,
"(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang orang yang bertakwa kepada Rabb Yang Maha Pemurah sebagai utusan yang terhormat dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga." (Maryam: 85-86)
Ketika seseorang dikeluarkan dari kuburnya, tiba-tiba ia mendapati kendaraan buraq berada di atas kuburannya, dan di bagian atas buraq itu terdapat mahkota dan sejumlah perhiasan. Lalu ia memakai perhiasan itu dan menaiki buraq menuju surga yang penuh kenikmatan. Karena kemuliaan Nya, ia tidak dibiarkan berjalan kaki ke surga. 

Sedangkan yang lainnya, ketika dikeluarkan dari kuburnya, ia mendapati para malaikat Zabaniah, rantai dan belenggu, yang disediakan untuk mereka. Para malaikat tidak membiarkan orang celaka itu berjalan kaki ke neraka, namun diseret dari atas ubun ubunnya ke neraka yang menyeramkan. Kita berlindung kepada Allah Ta'ala dari kemurkaan-Nya.

Tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta'ala,
"Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka itu lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat?" (Fushshilat: 40)
Renungkan baik-baik kesuksesan dan kedudukan tinggi orang-orang tersebut, yang tidak takut dan bingung melihat kebingungan dan kegemparan di Hari Pengadilan. Mereka tetap dalam keadaan tenang dan tenteram.

Terakhir: Surga dan Neraka

Adapun tentang surga dan neraka, maka renungkanlah tentang keduanya pada dua ayat Kitabullah berikut ini.

Allah Ta'ala berfirman, 
"Dan Allah memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan)." (al-Insaan: 21-22)
Ayat di atas adalah gambaran tentang surga dan penghuninya. Sedang ayat di bawah ini menggambarkan tentang neraka dan penghuninya.
"Ya Rabb kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), dimana apabila kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim. Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya dan janganlah kalian berbicara dengan Aku."" (al-Mu'minuun: 107 108)
Dalam sebuah riwayat diungkapkan bahwa pada waktu itu para penghuni neraka menjadi anjing-anjing, yang menyalak-nyalak di dalam neraka. Semoga Allah Yang Mahamengasihani dan Maha Penyayang melindungi kita dari azab-Nya yang pedih.

Kita memohon kepada Allah Yang Mahaagung, semoga Dia menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang bahagia. Dan hal itu tidaklah sulit bagi Allah Yang Mahatinggi keagungan-Nya.

Yahya bin Mu'adz ar-Razi berkata,
"Kita tidak tahu mana yang lebih besar di antara dua musibah ini: terlepasnya surga dari tangan kita atau dimasukkan ke dalam neraka. Adapun surga, kita tidak tahan untuk segera memasukinya. Sedangkan api neraka, kita tidak tahan jika harus mendekat (apalagi dimasukkan) ke dalamnya."
Meskipun demikian, terlepas dari sebuah kenikmatan itu jauh lebih baik keadaannya daripada dibakar dalam amukan api Neraka Jahim secara kekal. Situasinya mungkin akan sedikit lebih mudah bila hukuman di neraka itu bersifat sementara, tidak kekal. Siapa yang berani dan kuat bertahan dalam siksa neraka yang tak pernah berhenti itu? Tentu saja tidak ada!

Oleh karena itu, Nabi Isa as. mengatakan,
"Ingat akan kekalnya siksaan neraka itu, telah memukul keras hati orang-orang yang takut kepada Allah."
Nukilan selanjutnya: Resiko Tercabutnya Iman

Penukilan:
Imam Al-Ghazali. (2013). Minhajul Abidin: Jalan Para Ahli Ibadah. Diterjemahkan oleh: Abu Hammas as-Sasuky. Jakarta: Khatulistiwa Press

Posting Komentar untuk "Mengingat Janji dan Ancaman-Nya Pada Hari Pembalasan"