Tiga Prinsip Penting Untuk Menundukkan Nafsu
Untuk menundukkan nafsu yang selalu memberontak, mengalahkan nafsu syahwat, membujuknya agar berbuat baik, serta agar bisa beribadah dengan tulus, kita senantiasa harus memperhatikan tiga prinsip penting di bawah ini:
- Mengingat akan firman Allah yang berkaitan dengan targhib (pemberian semangat) dan tarhib (ancaman menakutkan).
- Memperhatikan tindakan balasan dari Allah, baik dalm bentuk sisa maupun pemberian maaf.
- Mengingat balasan dari-Nya kepada para hamba-Nya di hari pembalasan kelak, berupa pahala bagi yang taat dan siksa bagi yang bermaksiat.
Prinsip pertama: Firman-firman Allah tentang harapan dan rasa takut
Renungkanlah ayat-ayat targhib dan tarhib yang terdapat di dalam Kitab Allah yang mulia (Al-Qur'an), yang memberi dorongan berupa harapan serta ancaman berupa siksa.
Di antara ayat-ayat yang memberikan harapan (raja') itu adalah:
"Katakanlah, 'Janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." (az-Zumar: 53)
"Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah?" (Ali Imran: 135)
"Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (al Mu'min: 3)
"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya serta memaafkan kesalahan-kesalahan (mereka)."(asy-Syuura': 25)
"Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang." (al-An'aam: 53)
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa." (al-A'raaf: 156)
"Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (al-Baqarah: 143)
"Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (al-Ahzab: 43)
Itulah ayat-ayat Al-Qur'an tentang "harapan (raja')".
Adapun ayat-ayat tentang "rasa takut" (khauf) dan "ancaman" antara lain:
"Maka bertakwalah kepada-Ku, wahai hamba-hamba Ku." (az-Zumar: 16)
"Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main [sajal dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (al-Mu'minuun: 115)
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?" (al-Qiyamah: 36)
"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung serta tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." (an-Nisaa': 123)
"Sedangkan mereka menyangka, bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (al-Kahfi: 104)
"Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." (az-Zumar: 47)
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu [bagaikan] debu yang beterbangan." (al-Furqan: 23)
Kita memohon kepada Allah Ta'ala, semoga Dia memberikan kita keselamatan dengan rahmat-Nya.
Sedangkan ayat-ayat yang mencakup makna "rasa takut" dan juga "harapan" adalah:
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa se sungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-Hijr: 49)
"Dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih." (al-Hijr: 50)
Yaitu, agar engkau tidak terlalu percaya diri dan dikuasai oleh "harapan". Dan firman-Nya,
"Maha keras hukuman-Nya." (al-Mu'min: 22)
"Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia." (al-Mu'min: 3)
Ayat-ayat ini mengisyaratkan agar kita tidak hanya cenderung kepada dan dikuasai oleh "rasa takut (khauf)".
Dan yang paling mengagumkan adalah tiga ayat berikut:
"Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya." (Ali Imran: 30)
"Dan Allah sangat penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (Ali Imran: 30)
"(Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah, sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)." (Qaaf: 33)
Allah Ta'ala mengaitkan rasa takut itu dengan nama Allah, Ar Rahman (Yang Maha Pengasih), bukan dengan nama Al Jabbar (Yang Mahaperkasa), Al Muntaqim (Yang Maha membalas kejahatan), Al Mutakabbir (Yang Mahabesar) dan yang semakna dengannya. Jadi, Allah menggabungkan rasa takut itu dengan kebaikan hati, rahmat, ampunan, dan harapan, agar rasa takut itu tidak menjadikan para hamba-Nya putus asa.
Maka, hubungan khasy-ya (takut) dengan Ar-Rahman itu menumbuhkan rasa takut dan sekaligus menentramkan hati dan menenangkan jiwa. Ini seperti ketika engkau menanyakan, "Apa engkau takut kepada ibu atau ayahmu yang penyayang? Atau takut kepada rajamu yang suka memaafkan?"
Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa kita harus selalu berada di jalan lurus "rasa takut dan harapan", jangan sampai tergelincir ke salah satu sisi jalan, yang bisa membawamu pada rasa aman yang berlebihan dan rasa putus asa.
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang mau merenungkan peringatan yang amat bijaksana ini, serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya dengan rahmat-Nya. Sesungguh-nya Dia Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Tidak ada daya dan upaya, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung.
Nukilan sebelumnya: Rasa Takut Dan Harapan Merupakan Jalan Tengah Yang Menyelamatkan
Nukilan selanjutnya: Mengingat Perbuatan dan Perlakuan Allah SWT
Imam Al-Ghazali. (2013). Minhajul Abidin: Jalan Para Ahli Ibadah. Diterjemahkan oleh: Abu Hammas as-Sasuky. Jakarta: Khatulistiwa Press
Posting Komentar untuk "Tiga Prinsip Penting Untuk Menundukkan Nafsu"