Mengenal Madrasah Asya'irah
Hidup di era berkembangnya berbagai pemikiran menyimpang, membuat umat Islam mendapat serangan terhadap akidah dari luar dan dalam. Sangat ditakutkan jika di era selanjutnya akan terjadi penyimpangan akidah, apalagi hilangnya akidah.
Namun, terlepas dari itu, sepantasnya kita bersyukur karena mayoritas umat ini masih diselimuti oleh akidah yang benar, akidah yang diserukan oleh Rasulullah Saw dan dijaga oleh para sahabatnya. Padahal akidah umat ini telah diterjang oleh berbagai badai, tak sedikit musuh yang menfitnah dan ingin menghancurkan akidah ini. Tapi sebagaimana janji-Nya, Tuhan akan selalu menjaga agama-Nya. Kita bisa melihat di setiap masa pasti lahir pendekar-pendekar hebat, bila yang satu gugur yang lain akan lahir menggantikannya. Di setiap masa mereka pasti akan selalu ada. Siapa mereka?
Ya, mereka adalah penjaga akidah umat Islam, Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Dengan jasa dua pendekar ini dan murid-muridnya, umat Islam mampu beradaptasi dengan siapapun dan dimanapun. Akidah ini adalah pondasi dari keseluruhan umat Islam berabad-abad yang lalu, bahkan hingga sekarang. Karena dua pendekar ini, umat Islam sangat terjaga dalam menghadapi proses perubahan dunia pemikiran dan penyerangan terhadap umat Islam baik dari dalam maupun luar.
Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya akan menyinggung Imam Asy'ari dan murid-muridnya (madrasah Asya'irah), karena madrasah Asy'ari lebih merata di seantero dunia Islam, mengingat banyaknya kesatria hebat yang lahir dari madrasah Asya'irah ini. Mereka yang berjuang untuk melawan, membersihkan penyimpangan serta menguatkan dan menyebarkan akidah Asy'ari ke seluruh dunia. Dari mereka lah akidah Asy'ari tersebar hingga ke Nusantara.
Proses berkembang dan majunya akidah Asya'irah tentu tak semudah yang kita bayangkan. Perjuangan ini meliputi beberapa periode:
Periode Perlawanan
Sebelum Imam Asy'ari berpaling dari paham Mu'tazilah, Ahli Sunnah sudah lebih dahulu diperjuangkan oleh beberapa tokoh ahli Ilmu Kalam, di antaranya Abu Hanifah beserta ashabnya, Haris Al-Mahasabi, Ibnu Kallab, Al-Qalanisi dan lainnya.
Saat itu, paham yang paling berkuasa di dunia Islam adalah Mu'tazilah. Kelompok Islam lain, seperti Jabariyah dan Qadariyah kerap kali mendapat perlawanan dari mereka. Tetapi gaung mereka masih di bawah Mu'tazilah. Salah satu penyebabnya adalah pemerintah kala itu juga menganut paham Mu'tazilah. Hingga akhirnya muncul lah Abu Hasan Asy'ari untuk melawan dan membasmi Mu'tazilah dan pemahaman lainnya dalam Islam.
Selain Abu Hasan Asy'ari, para murid seniornya juga ikut serta dalam melakukan perlawanan, mereka adalah:
- Abu Hasan Al-Bahili, gurunya Al-Baqilani.
- Abu Abdullah ibnu Mujahid At-Tha'i, gurunya Al-Baqilani.
- Abdullah bin Ja'far Asbahani.
- Bandar bin Husain.
Keempat kesatria ini membentuk satu barisan di belakang Abu Hasan Asy'ari dalam membatu perlawanan menghadapi Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah, Jabariyah yang telah berkembang pesat di ibu kota Islam, Baghdad -khusunya daerah Kufah dan Bashrah. Lebih-lebih paham Mu'tazilah yang menyerukan pemikirannya lewat bayang-bayang pemerintah.
Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya Qadhaya Sakhina mengatakan "mesjid Kufah dan Bashrah adalah universitas pertama dalam dunia Islam, di sini lah pergulatan pemikiran bergulir hingga runtuhnya khilafah. Dua mesjid ini menjadi bukti bahwa Islam sangat terbuka terhadap pemikiran atau hurriyatu ra'yi."
Di dua mesjid inilah berlangsungnya pertarungan antar pendekar-pendekar terkuat dalam setiap kubu: Khawarij, Jabariyah, Murji'ah, Jahmiyah, Qadariyah dan dua kubu terkuat Mu'tazilah dan Ahluss Sunnah yang diperkuat oleh Abu Hasan Asy'ari dan murid-muridnya.
Sehingga, pada abad ke empat hijriah. Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan murid-muridnya berhasil mendapat kejayaan. Mu'tazilah dan kubu lainnya kalah dalam peperangan. Ahlu Sunnah yang sebelumnya minoritas berubah menjadi mayoritas.
Perione Penguatan
Di periode ini, tugas madrasah Asy'ari tidak seberat masa pertama. Namun, perang yang berkecamuk di periode ini masih memanas. Di masa ini, Mu'tazilah kembali bangkit dari kuburannya yang dipelopori kembali oleh beberapa tokoh yang tersisa di Baghdad. Tapi, tak lama setelah itu mereka dikubur kembali oleh Abu Bakar Al-Baqilani dan para kesatria lainnya.
Di periode ini, garda terdepan dalam memperkuat madrasah Asy'ari adalah:
- Abu Bakar Al-Baqilani (wafat 403 H), muridnya Abu Hasan Al-Bahili dan Ibnu Mujahid. Dr. Muhammad Musa dalam bukunya Nasy'ah Al-Asy'ari wa Tatawuruhu berujar "manhaj Asy'ari yang kuat dikokohkan kembali oleh Al-Baqilani dan semua teori dalam manhaj Imam Asy'ari disusun dan ditata rapi oleh Al-Baqilani."
- Abu Ali Daqqaq Naisaburi (wafat 405 H), gurunya Imam Qusyairi pemilik kitab masyhur Risalah Qusyairi.
- Abu Abdullah Hakim Naisaburi (wafat 405 H).
- Abu Bakr Ibnu Faruq ( wafat 406 H), beliau menulis kitab Mujarrad Maqalat Syekh Imam Asy'ari. Buku ini berisi artikel-artikel Imam Asy'ari. Dari buku inilah ulama-ulama di periode berikutnya bisa mengetahui lebih luas tentang pandangan-pandangan Imam Asy'ari. Karena, banyak buku yang ditulis Imam Asy'ari sendiri ikut terbakar saat tentara Mongol membakar perpustakaan Baghdad.
- Abu Ishak Isfiraini (wafat 418 H), gurunya Imam Juwaini, ayah Imam Haramain.
Periode Penyebaran dan Perluasan
Dalam menyebarkan paham Asy'ari tentu banyak hal yang dilakukan oleh ulama Asy'ari. Kebiasaannya, para ulama menyebarkannya lewat halaqah-halaqah pengajian. Seperti halnya di madrasah An-Nidhamiyah milik Imam Haramain. Ketika banyaknya pelajar yang menimba ilmu disini, maka bertambahlah tentara Asya'irah, sehingga mereka bisa menyebarkan akidah ini ke daerah-daerah lain, khususnya kampung halaman mereka.
Tokoh madrasah Asy'ari paling terpengaruh di periode ini:
- Abu Bakar Al-Baihaqi (wafat 458 H), pemilik kitab Asma' wa Sifat dan kitab I'tiqad wa Al-Hidayah ila Sabili Rasyad.
- Abdul Qahir Al-Baghdadi (wafat 429 H), murid Abu Ishak Isfiraini.
- Abu Zar Al-Harawi (wafat 439 H), orang pertama yang menyebar madrasah Asy'ari ke Mekkah dan sekitarnya.
- Abu Muhammad Al-Juwaini (wafat 439 H) ayahnya Imam Haramain. Ulama pada masanya memuji beliau "jika ada nabi setelah nabi Muhammad Saw., maka beliau lah nabinya, karena keluasan ilmu dan akhlaknya."
Di periode ini Mu'tazilah dan kelompok lainnya dibersihkan pemahamannya di Baghdad dan sekitarnya.
Periode Pertahanan
Di periode ini, tugas pejuang madrasah Asy'ari lebih dominan kepada mempertahankan madrasah dan penyebarannya dengan merincikan uraian-uraian pejuang sebelumnya, serta memperluas penjelasan dan mengoreksi beberapa gagasan ulama-ulama Asya'irah sebelumnya. Seperti kritikan Imam Haramain kepada Imam Al-Baqilani.
Di antara tokoh Asy'ari yang paling terdepan di periode ini:
- Khatib Al-Baghdadi (wafat 439 H), pemilik kitab Tarikh Baghdad sebanyak 40 jilid lebih.
- Abu Qasim Qusyairi, pemilik kitab Masyhur Risalah Qusyairiyah.
- Abu Ishaq Syairazi (wafat 476 H), pengarang kitab Al-Muhazzab dalam fikih Syafi'i.
- Imam Haramain (wafat 476 H), pemilik kitab Al-Burhan di ushul fikih, juga kitab Al-Irsyad dan Asy-Syamil.
Imam haramain sangat berjasa dalam pengugatan terhadap akidah Asy'ari. Dari beliau lah lahirnya para pejuang Asy'ari di generasi selanjutnya, seperti Imam Al-Ghazali dan Ilqia Al-Harasi.
Periode Kejayaan
Di abad ke 5 hijrah, akidah Asya'ary sudah menjadi akidah mayoritas. Kelompok-kelompok yang menyimpang hanya tinggal beberapa saja, seperti Al-Bathiniyah dan Falsafah. Di periode ini, dua kelompok ini dibantai habis-habisan oleh Imam Al-Ghazali dengan bukunya Tahafut Falasifah. Sekalipun di abad ini juga ada tokoh dari Andalusia Ibnu Rusyd yang ingin merobohkan kitab Tahafud milik Al-Gazali dengan bukunya Tahafut Tahafut-Falasifah. Tapi, di abad ke 7 hijriah, buku Ibnu Rusyd dan buku Al-Ghazali diadili oleh ulama Ottoman atas perintah Sultan Muhammad Al-Fatih. Di antara tokohnya adalah Syekh Alaudin At-Tusi dan Khawajah Zadah Ar-Rumi. Mereka berhasil mengadili Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali berikut karya mareka.
Tokoh paling berperan di periode ini:
- Imam Ghazali (wafat 505 H).
- Ibnu Asaqir (wafat 571 H), pengarang kitab Tarikh Damaskus sebanyak 40 jilid dan kitab Tabyin Al-Kazibi Al-Muftara, Ibnu Subqi mewajibkan semua pengikut Asy'airah untuk membaca buku ini.
- Abu Bakar Syasyi (wafat 507 H).
- Abu Sa'ad Sam'ani (wafat 562 H).
- Abu Nasar bin Qusyairi (wafat 514 H).
Al-'Allamah Zahid Kautsari dalam Muqaddimahnya memberi sebuah pernyataan terhadap periode ini "hingga periode Al-Ghazali mazhab Asy'ari menjadi sebuah madrasah besar yang di dalamnya terdapat beragam pendapat. Semua pendapat yang telah dikemukakan para mutakallimin Asy'ari sah dinisbahkan kepada Asya'irah/madrasah Asy'ari (pendapat itu sah dianggap sebagai pendapat mazhab). Tapi, setelah masa Imam Ghazali, jika ada ulama yang mengemukakan pandangannya, maka pandangan itu tidak dinisbahkan kepada madrasah Asy'ari, tapi hanya dinisbahkan kepada individunya saja. Seperti beberapa pandangan Imam Fakrudin Ar-Razi."
Periode Pembentukan Madrasah dengan Talkhis dan Syarah
Di periode ini kelompok Mujassimah dan Qaramiyah kembali subur di beberapa daerah. Namun Imam Fakhruddin Ar-Razi dengan senjatanya, ilmu, berhasil membuat sebagian kelompok ini bertaubat dan masuk dalam saf Asy'ari.
Beberapa tokoh paling terpengaruh di periode ini:
- Imam Fakruddin Ar-Razi, dengan bukunya Muhassal Afkara Al-Mutaqaddim dan Syarh Tanbih Al-Isyarah. Dalam buku ini beliau mengkritik beberapa pandangan tokoh filsafat seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi. Sekalipun di kemudiannya, seorang ulama Syiah yang bernama Nasirudin At-Tusi, pemilik kitab Tajrid Al-Aqa'id mengkritik Ar-Razi dalam kitabnya Syarh Muhassal. Tapi, pada akhirnya kitab At-Tusi diadili oleh Muhammad Ar-Razi dengan kitabnya Muhakamah dan diperkuat lagi setelahnya oleh 'Adhudddin al-Iiji dalam kitabnya Mawaqif.
- Imam Al-Amidi, pemilik Tariqah Ushuliyin dan pemilik kitab Al-Ihkam fi Usuli Ahkam.
- Sultanul Ulama Izzudin ibnu Abdisalam.
- Imam Taqiyudin Subki, ulama yang memiliki ilmu setingkat mujtahid mutlak dan ayahnya pengarang kitab Jam'ul Jawami'.
- Ibnu Hajib, pemilik kitab masyhur Mukhtasar Muntaha, Kafiyah dan Syafiyah .
- Imam Baidhawi, penulis kitab Minhajul Wusul dan tafsir masyhur Tafsir Baidhawi.
- Imam Adhuddin Al-Iiji, pemilik kitab Mawaqif.
Inilah sekilas ulasan mengenai madrasah Asy'ari yang terbentuk selama 5 abad. Madrasah Asy'ari ini pertama kali dibentuk pada 10 terakhir Ramadhan. Dimulai dari masa Imam Asy'ari hingga Ibnu Hajib. Karena perjuangan mereka lah akidah Asy'ari menjadi mayoritas dan karena kegigihan mereka pula akidah Asy'ari masih bertahan hingga sekarang.
Ditulis oleh: Muhammad Zulfa
Posting Komentar untuk "Mengenal Madrasah Asya'irah"