Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Kebenaran dan Pembenaran

Antara Kebenaran dan Pembenaran
Antara Kebenaran dan Pembenaran

Sebagai makhluk sosial kita selalu dihadapkan pada naluri yang kita miliki untuk hidup bersama orang lain. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dalam cara berpikir serta caranya untuk mengendalikan diri. Manusia diberikan nafsu, yaitu hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk menjadi manusia yang berkarakter. Dengan kelebihan akal pikiran dan budi pekerti yang Tuhan titipkan, manusia mampu berpikir tentang bagaimana cara ia hidup dan bagaimana caranya untuk bertahan hidup.

Allah telah menitipkan Nur dalam diri kita manusia, sehingga dengan Nur tersebut ada orang yang mampu melihat kebenaran secara real dan ada pula orang yang selalu mencari pembenaran diri. Nah, manusia yang selalu mencari sisi pembenaran, semua diawali oleh sudut pandangnya yang keliru terhadap sesuatu. Pertanyaannya Apa yang membuat egoisme kita lebih kuat dibandingkan naluri yang ada dalam diri kita sendiri yang mengakui bahwa kebenaran sebagai kebenaran bukan pembenaran?

Kebenaran tidak bisa dibantahkan karena ia adalah kebenaran. Namun demikian ada juga orang yang terus bertahan pada pembenaran. Padahal kita sama-sama memiliki Nur di dalam jiwa kita. Boleh jadi Nur itu menjadi gelap dan terbelenggu karena literatur (referensi) yang kita baca. Saya percaya, kita punya referensi yang berbeda tentang sesuatu.

Ketika kita menyelesaikan masalah dengan referensi yang kita baca, boleh jadi kita berbeda referensi dengan orang lain, sehingga kita memvonis orang lain salah dan kitalah yang benar. Padahal sejauh itu, bukan mereka yang salah tapi kita yang tidak membaca apa yang mereka baca.

Boleh jadi juga karena pengalaman yang berbeda, sehingga kita mengatakan pengalaman kita lebih baik dan pengalaman orang lain tidak baik. Inilah yang membuat "ego" kita merasa lebih baik dari orang lain.

Dan sangat boleh jadi juga karena adanya kepentingan yang berbeda dan prioritas yang berbeda, sehingga kebenaran yang dikatakan oleh orang lain bertolak belakang dengan kepentingan yang ada di kepala kita.

Lalu, apa yang menjadi prioritas dalam diri kita? Prioritas materi, prioritas emosi, atau prioritas spiritual? Hal ini juga menjadi penghambat ketika kepentingan kita keliru, prioritas kita keliru dan prioritas untuk mempertahankan kebenaran kita juga keliru. Maka, boleh jadi ini adalah belenggu yang membuat kita sulit melihat kebenaran yang sesungguhnya.

Oleh karena demikian, kita harus tahu apa pengahambat sehingga kita terbelenggu dalam pemikiran seperti itu. Penghambat tersebut adalah prasangka-prangka buruk kita terhadap orang lain, sehingga kita sulit menjadi manusia yang Ahlu sa'adah (orang yang bahagia) disebabkan oleh prasangka buruk yang ada dalam diri kita.

Namun sejauh mana ukuran bahagia kita. Apakah saat kita mampu mempertahan kepentingan kita? Tidak. Tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi, selain ketika kita mampu mengakui ketidaksempurnaanya diri kita sendiri.

Wassalam.

Ditulis oleh Sabrun Jamil Ismail

Posting Komentar untuk "Antara Kebenaran dan Pembenaran"