Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Awal Datangnya Rasa Takut dan Harapan

Awal Datangnya Rasa Takut dan Harapan

Penukilan - Menurut para ulama, harapan dan rasa takut itu terkait dengan bisikan-bisikan hati (khawathir). Sebagai seorang hamba, kita hanya bisa melakukannya di awal sebuah perbuatan saja. Mereka mengatakan, rasa takut (khauf) itu adalah suatu getaran yang timbul di dalam hati menyangkut sesuatu yang tidak disukai, yang pasti akan ditemuinya. Kata khasyyah (takut) juga memiliki arti yang hampir sama, namun dalam kata ini terselip perasaan mengagungkan dan rasa hormat. 

Adapun lawan kata dari khauf adalah jara-ah (keberanian). Tapi terkadang juga dihadapkan dengan kata al amn (aman), hingga dikenal kata kha-if (orang yang takut) dan aamin (orang yang aman), serta khauf (takut) dan amn (aman, keamanan). Sebab, al aamin juga adalah orang yang berani terhadap Allah Ta’ala. Tapi, lawan kata yang paling tepat dari khauf adalah al jara-ah (berani).

Rasa Takut

Awal datangnya rasa takut itu ada empat: 

  • Pertama, mengingat banyaknya dosa yang telah dilakukan dan banyaknya orang yang telah kau cabut haknya. 
  • Kedua, mengingat kerasnya siksa Allah yang engkau tidak akan sanggup untuk menahannya. 
  • Ketiga, menyadari kelemahan dirimu dalam menanggung pedihnya siksa neraka. 
  • Keempat, selalu mengingat kekuasaan Allah Ta‘ala terhadap dirimu, Dia bisa berbuat apa saja dan kapan saja sesuai dengan kehendak-Nya.

Harapan

Adapun harapan (raja’), ialah rasa senang di dalam hati karena mengetahui belas kasih Allah Ta’ala, dan merasa tenteram dalam keluasan rahmat-Nya. 

Harapan itu juga berhubungan dengan bisikan-bisikan hati yang berada di luar kontrol seorang hamba, namun tetap berada dalam kekuatan manusia untuk memahami kemurahan dan belas kasih Allah. 

Kata raja’ (harapan) digunakan pula dalam arti lain, yaitu seseorang harus yakin bahwa semua resiko dan musibah tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Tapi yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah pengertian yang pertama, yaitu rasa senang dan perasaan tenteram.

Lawan kata dari raja’ adalah putus asa, dimana seseorang ‘merasa telah terputus secara total dari rahmat dan karunia Allah. Putus asa pada tingkat ini tergolong dosa. 

Dalam situasi murung dan patah harapan seperti itu adalah wajib hukumnya untuk membangun harapan dan ekspektasi kepada Allah. Dan, manakala seseorang sudah mendapatkan tingkat harapan yang sempurna dari Allah, maka raja’ (harapan) dihukumi sunnah saja baginya.

Awal datangnya harapan itu juga ada empat: 

  • Pertama, senantiasa mengingat semua karunia yang telah ia terima langsung dari Allah, tanpa perantara, dan tanpa didahului oleh perbuatan tertentu dari kita. 
  • Kedua, mengingat janji Allah Ta‘ala berupa pahala-Nya yang banyak dan kemurahan-Nya yang berlimpah, sesuai dengan anugerah serta kemurahan-Nya, bukan karena perbuatan yang engkau lakukan. Sebab, bila balasan pahala itu didasarkan pada kualitas dan kuantitas amal perbuatanmu, maka tentu engkau hanya akan menerima balasan yang sangat sedikit. 
  • Ketiga, selalu mengingat banyaknya nikmat Allah Ta‘ala terhadapmu, baik dalam urusan agama maupun duniamu saat ini. Nikmat itu diberikan sebagai wujud pertolongan dan kasih sayang-Nya, bukan karena hak kita.
  • Keempat, selalu ingat akan luasnya rahmat Allah yang mengalahkan kemarahan-Nya. Dan bahwa Dia adalah Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha kaya lagi Maha Pemurah, Yang Maha mengasihani terhadap hamba- hamba-Nya yang beriman.

Apabila engkau mengikuti semua petunjuk itu dan terus mengingatnya, engkau memenuhi syarat untuk memiliki Khauf dan raja’ yang berkualitas. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita dengan anugerah dan karunia-Nya.

Artikel selanjutnya akan membahas mengenai Rasa Takut dan Harapan Merupakan Jalan Tengah Yang Menyelamatkan. Semoga dapat bermanfaat terutama bagi Kami yang menukilkan tulisan ini dari karya Imam Al-Ghazali.

Nukilan sebelumnya: Harapan Sebagai Dorongan Dan Motivasi Dalam Beribadah Serta Taat Kepada Allah

Penukilan:
Imam Al-Ghazali. (2013). Minhajul Abidin: Jalan Para Ahli Ibadah. Diterjemahkan oleh: Abu Hammas as-Sasuky. Jakarta: Khatulistiwa Press

Posting Komentar untuk "Awal Datangnya Rasa Takut dan Harapan "