Ilmu Fitnah dan Upaya Mencegah Kiamat Palsu
Sekarang ada
tren ceramah yang disukai masyarakat awam, yaitu ceramah tentang tanda-tanda
kiamat dan akhir zaman. Sampai ada ustad yang dijuluki ustad akhir zaman,
bahkan sampai sebagian jamaah meminta khusus untuk kajian mereka, untuk diisi
tentang akhir zaman. Gak ada yang salah memang saat seorang dai mengingatkan
umatnya dalam mauidhah mereka, tentang tanda-tanda kiamat. Bagaimana tidak,
bahkan ulama menjadikannya rukun ke empat agama ini setelah iman, islam dan
ihsan. Dan Jibril harus turun sendiri dengan menyerupai manusia untuk
mengajarkan masalah sa'ah (tanda-tanda kiamat) ini. Jadi, masalah ini sangat
penting.
Namun demikian,
bukan berarti kita bisa bicara seenaknya dalam masalah ini, di mana kalau ada
hadis main caplok dan cocoklogi semaunya saja. Pake menafsirkan semua yang
terjadi dengan tanda kiamat dalam hadis.
Masih ingat
buku populer tentang Dajjal sudah muncul di Khurasan? Kiamat 2012? Pemimpin
1515 itu imam Mahdi? Belum lagi kalau ada peristiwa politik langsung dikaitkan
dengan imam Mahdi, kayak di Suriah. Kalau ada bencana gunung meletus langsung
dikaitkan dengan Dukhan, dan masih banyak hoaks lain yang disampaikan oleh
oknum yang mengaku ustadz. Bahkan kadang oleh ustadz yang sangat populer, yang
kajian ini bisa meledak viewernya sampai jutaan di YouTube. Padahal setengah
isinya cocoklogi, seolah berbicara tentang tanda-tanda hari kiamat ini, gak
perlu ilmu, boleh barang bebas dan cocoklogi. Asal ada hadis ada tragedi,
langsung disikat.
Kadang mereka
membuat awam percaya seolah mereka adalah tentara nabi Isa dan orang yang
menentang adalah tentara Dajjal. Kemanakah ilmu? apakah sereceh itu penjelasan
tentang tanda-tanda kiamat dalam islam?
Padahal
tanda-tanda kiamat itu ilmu, sebagaimana ilmu lainnya, menjelaskan tentang
tanda akhir zaman. Atau bisa kita katakan bahwa alamat sa'ah itu ada ilmunya,
ada ushul-furu'nya, ada mabadinya, ada qawaidnya, dan ada tafri'atnya. Jadi
bukan ilmu lepas, liar dan cocoklogi, tanpa ada dhawabitnya.
Bagaimana
tidak, ilmu ini merupakan rukun agama yang penting setelah iman dengan ilmu
kalam, islam dengan ilmu fiqh dan ihsan dengan ilmu tasawuf. Pembahasan tentang
tanda-tanda kiamat ini juga ada ilmunya. Ilmu ini di kalangan salaf dikenal
dengan ilmu fitan (fitnah-fitnah), sekarang dikenal sebagai ilmu Fiqh Tahawulat
atau qadhaya as-saah. Dalam kitab hadis dengan minhaj jawami, ilmu ini termasuk
salah satu dari jawami tasmaniyah.
Di dalamnya
diajarkan beberapa bab, mulai dari ushulnya yang sebenarnya gak jauh beda
dengan ushul fiqh, lalu bentuk fenomena yang terjadi, misalnya yang dilakukan
salah satu mujadid ilmu fitan abad ini, Habib Abu Bakar Masyhur. Beliau membagi
dua perubahan alam dalam ilmu ini, yaitu perubahan yang tidak bisa dikendalikan
dan perubahan nilai dan sosial yang masih bisa dikendalikan. Lalu dipelajari
juga tanda-tanda dan urutan waktunya seperti era Sailam, Sufyaniyah, dll.
Kemudian dipelajari juga bagaimana arahan nabi agar kita bisa mengambil
keputusan tepat ketika melihat sebuah fenomena fitnah.
Jadi ilmu
ini, sebagaimana ilmu
keislaman lain, juga
tersusun sangat rapi
dan bersanad juga. Tentu
saja hari ini
ilmu ini diajarkan
lebih intens dari pada
sebelumnya, karena kebutuhan zaman yang luar
biasa. Hal ini
disebabkan dua hal;
pertama, ilmu ini
sering diremehkan sebagian
pelajar agama dalam mengambil keputusan di era fitnah; kedua, ada orang jahil yang berbicara dalam
masalah fitnah seenak
jidat, cocoklogi, tanpa
dhawabit, terkesan kayak menakut-nakutin jamaah.
Karena adanya
fenomena di atas,
makanya ulama pun
mengembangkan karyanya yang menjelaskan ilmu
ini lebih luas dari sebelumnya, tapi tetap
dalam kaidah ilmiyah
ulama salaf terdahulu. Tidak
asal comot, asal
ada hadis tekan-tekan
saja gasnya, jadinya malah
kayak dongeng. Karena itu,
ilmu ini membutuhkan
spesialisasi sebagaimana ilmu
keislaman yang lain. Salah satu
ulama besar dalam
ilmu ini, bahkan
menurut saya beliau mujadid
dalam ilmu ini, adalah
Al-Habib Abu Bakar Al-Adni
dari Yaman. Beliau
bisa membuat ilmu
ini mudah dipelajari sebagai
sebuah spesialisasi atau takhasus.
Adapun berbicara
pada sebuah ilmu
tanpa takhasus adalah
hal yang dicela
oleh Al-Quran "jangan kamu
mengatakan sesuatu yang kalian
tidak kalian ketahui padanya". Jadi, asal
comot dalam ilmu ini
dan ilmu lain
merupakan hal yang
tercela dalam agama.
Hanya saja sekarang memang zamannya
kebebasan berpendapat, jangankan
untuk ilmu fitan
yang dhabitnya gak kayak
ilmu fiqh atau
aqidah, ilmu fiqh
dan aqidah aja
bebas diomongin sembarang tanpa
dhabit ilmiyah, terkadang
mengatasnamakan maqashid dan
pembaharuan. Intinya, seorang berbicara atas
keinginannya, bukan atas
ushul dan dhawabit.
Hanya saja
sering kita dapati
zaman ini dalam
pembicaraan ilmu fiqh,
karena fiqh itu
ilmu praktis, seorang yang
berbicara dengan nafsu
dalam ilmu fiqh dibebaskan
dan dianggap biasa saja
karena sesuai dengan nafsunya
dalam menghalalkan dan mengharamkan
sesukanya.
Sedangkan dalam
ilmu fitan akan
dicela, karena kadang
dianggap gak masuk
akal, padahal cuma gak
sesuai nafsunya. Jadi
ada dua ekstrim
kubu dalam menanggapi
ilmu fitan, yang berbicara ilmu
fitan sesuai nafsunya,
yang menentang ilmu
fitan pun karena
hawa nafsunya. Sedangkan yang
berbicara dengan ilmu
tidak didengarkan, karena
dianggap kampungan, tradisional,
dan ketinggalan zaman.
Allah yu’inna. Semoga Allah merahmati imamnya ilmu Fitan sahabi jalil Sayyidina Abu Huzaifah radhiyallahuanhu.
Ditulis oleh Fauzan Inzaghi
Penukilan: Serambi Salaf
Posting Komentar untuk "Ilmu Fitnah dan Upaya Mencegah Kiamat Palsu"